Postingan

MENATAP 22 MEI: HASIL PESTA DEMOKRASI

Gambar
Kini negeriku sedang menghadapi titik genting menyoal permasalahan politik yang terjadi. Kami selaku masyarakat kelas rendah atau kau bisa sebut manusia Indonesia kebanyakan yang tak tahu menahu tentang bagaimana kotor atau seberapa banyak untug yang bisa diperoleh dari para pelaku politik, hanya bisa dibuat bingung oleh berita-berita yang tersebar di media masa yang setiap harinya menayangkan gambaran dari para wakil kami yang duduk di kursi-kursi elit sebagai pemangku kebijakan. Mata dan telinga kami tak henti-hentinya dibuat panas dan resah melihat perlakuan mereka yang lebih banyak mengecewakan daripada prestasi yang diwujudkannya. Para aparat negara justru saling bertikai satu sama lainnya karena berbeda haluan politik atau tujuan yang ingin diraihnya. Tentu saja aku pikir kepentingan-kepentingan yang mereka perjuangkan sebatas kepentingan individu dan golong dalam hal ini kepentingan partai politik yang mereka bawa. Karena toh kalaupun memang kepentingan rakyat umu

Nasionalisme Islamisme dan Marxisme Soekarno

Gambar
"Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme Soekarno" Tulisan ini mengulas pikiran-pikiran Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia dari buku “Nasionalisme, Islamisme, Marxisme: Pikiran-Pikiran Soekarno Muda.” Ia memiliki keyakinan bahwa Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme dapat berharmoni dan bersatu untuk menjadi ideologi sebuah Negara. Baginya, terciptanya persatuan antar tiga paham dan golongan tadi akan sangat menguatkan Indonesia dalam melawan kaum borjuis dan kolonialisme Belanda saat itu. Mengingat belum ada keyakinan dari golongan di negeri ini pada saat itu untuk bersatu dan bekerjasama, tulisan-tulisan Soekarno inilah yang terus menggaungkan persatuan dan kesatuan. Inilah Marxisme yang diinterpretasikan Soekarno di negeri ini. Marxisme yang bukan mengcopi langsung dari Marxisme Eropa, karena ia sadar betul bahwa kelas buruh sangat mungkin beraviliasi dengan kaum Nasionalis dan Islamis di negeri ini. Kita tidak bisa memungkiri pemikiran-pemikiran tadi perna